Senin, 28 Maret 2011

JURNAL KEPERAWATAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI PERAWAT UNTUK MELANJUTKAN PENDIDIKAN PADA

JENJANG PENDIDIKAN TINGGI KEPERAWATAN

DI RSJ MADANI PALU

IWAN, ZAMIL MARDANI

ABSTRACT

Human resource development in nursing with a starting point from the improvement of nursing education qualifications is a strategic step that should be taken. However, in fact, up to the year 2003 nursing care providers with the qualification of S1/graduate-degree in government-owned provincial hospital (RSJ Madani Palu) consists only 2 individuals. The limited number of graduate-level professional nursing care providers is likely related to motivation.

The aim of this study was to identify factors correlating to the motivation of diploma-degree nurses to continue their education to graduate-degree in nursing.

This study used cross-sectional design. Samples were taken from diploma-degree nurses working at the Inpatient Wards, RSJ Madani, Palu, with the sample size of 58 respondents. Samples were selected using purposive sampling type of probability sampling method. Data were collected by means of questionnaire, and analyzed with Linear Regression test with significance level of < 0.05.

Results of analysis showed that most of the respondents had higher motivation (67%), moderate motivation (14%), and lower motivation (19%). Respondents of 20 - 30 years old were 45%, 21 - 40 years 41%, and 41 - 50 years 14%. Results of linear regression test on motivation revealed p = 0.000. From all respondents, 47% were male, and 53% female, and results of linear regression test on motivation revealed p = 0.021. Married respondents were 79%, and those who were unmarried were 20.7%, and results of linear regression test on motivation demonstrated p = 0.011. Regarding with support from superiors, most of the respondents (70%) felt that their superiors gave less support, 9% no support, while only 2% felt of having much support from their superiors. Results of linear regression test on motivation revealed p = 0.0362.

Above analysis showed significant correlation between age, sex, and marriage status and nurse's motivation in human resource development by taking S1/graduate-degree program in nursing, with significance level of < 0.05. However, support from superior had no correlation with motivation, as indicated by significance level of p > 0.05.

Keywords: nurse, motivation, human resource development

A. Pendahuluan

Mutu sumber daya manusia (SDM) Indonesia berdasarkan laporan The United Nation Development Program (UNDP) tahun 1996 yang berdasarkan pada Human Development Index (HDI), jauh tertinggal dengan negara ASEAN lainnya. Indonesia menempati urutan ke 102 dengan indeks 0,61 (Abas H. 2002). Sektor kesehatan merupakan salah satu sektor yang bergantung pada tersedianya SDM. Menghadapi era globalisasi, dimana diberlakukannya pasar bebas dan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan tekhnologi dibidang kesehatan, serta meningkatnya persaingan antar rumah sakit, dibutuhkan SDM yang berkualitas dan profesional dibidangnya, dengan demikian tantangan utama dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan sebaik-baiknya adalah pengembangan SDM. Tenaga kesehatan yang telah berada di dalam sektor pelayanan kesehatan perlu dikembangkan dan diarahkan agar dapat bekerja lebih produktif (Sumantri, 2002).Perawat sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan dituntut untuk memiliki kematangan dalam berfikir, bertindak, dan bersikap sebagai perawat profesional, sehingga mampu menjawab berbagai tantangan tersebut.

Terbatasnya jumlah tenaga profesional keperawatan yang berpendidikan setingkat Sarjana menurut peneliti disebabkan oleh kurangnya motivasi perawat untuk melanjutkan pendidikannya kejenjang yang lebih tinggi. Yang dimaksud dengan motivasi disini adalah semua proses yang menjadi penggerak, alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan sesorang berbuat sesuatu (Slameto, 1995). Motivasi untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi menurut peneliti kemungkinan berhubungan dengan faktor usia, jenis kelamin, status perkawinan dan dukungan atasan. Banyak lulusan D3 keperawatan yang mengalami phobia untuk melanjutkan pendidikan di FIK atau PSIK karena merasa untuk lulus seleksi saja sangat sulit. Terlebih lagi perkuliahan yang harus dijalani sangat padat, berat dan cukup melelahkan. Issue inilah yang kemungkinan membuat mereka merasa kalah sebelum bertanding (Yatiningtyastuti, 1999 ).

Dalam rangka peningkatan SDM, pihak manajemen Rumah Sakit Jiwa Madani khususnya bidang Diklit merencanakan pelatihan, magang serta peningkatan SDM lainnya, peningkatan pendidikan pegawai dari D3 ke S1 dengan prioritas S1 Keperawatan, dana untuk peningkatan SDM diambil sebesar 5% dari anggaran (Hasil Raker RSJ Madani, 2007).

Dari uraian diatas maka peneliti bermaksud untuk mengidentifikasi motivasi perawat untuk melanjutkan pendidikan melalui jenjang pendidikan S1 Keperawatan, serta mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi tersebut.

B. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan cross sectional yang bersifat analitik, dimana peneliti melakukan observasi atau pengukuran variabel pada satu saat (point time approach). Artinya tiap subjek hanya di observasi satu kali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subyek saat pemeriksaan. Hal ini tidak berarti bahwa semua subyek penelitian diamati pada waktu yang sama.

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Hasil Penelitian

Pada bagian ini berisi hasil dari pengumpulan data yang telah dilaksanakan selama enam hari mulai tanggal 11 Maret sampai dengan 16 Maret 2010, yang dilaksanakan di Instalasi Rawat Inap RSJ Madani Palu. Penyajian data dimulai dari data umum tentang karakteristik responden meliputi 1) umur, 2) jenis kelamin, dan 3) status perkawinan, sedangkan data khusus meliputi 1) penilaian responden terhadap dukungan atasan kepada perawat yang ingin melanjutkan pendidikan melalui jenjang pendidikan S1 Keperawatan dan 2) motivasi perawat untuk melanjutkan pendidikan melalui jenjang pendidikan S1 Keperawatan.

Untuk mengetahui signifikansi atau hubungan antara variabel dilakukan uji statistik regresi linier dengan fasilitas komputer SPSS versi 15.0 dengan tingkat kemaknaan ρ ≤ 0,05, ketentuan terhadap penerimaan dan penolakan hipotesis apabila signifikansi ρ ≤ 0,05, maka Hi diterima dan Ho ditolak, apabila ρ > 0,05 maka Hi ditolak dan Ho diterima.(Sugioyono dan Eri, 2000).

Pada bagian berikut akan disampaikan hasil pembahasan terhadap penelitian guna menjawab pertanyaan dalam masalah penelitian.

1.1 Data umum

Data ini meliputi karakteristik perawat yang menjadi responden penelitian.

1) Distribusi responden menurut umur.

Gambar 1 Distribusi responden menurut umur di ruang rawat inap RSJ Madani Palu, Maret 2010.

2) Distribusi responden menurut jenis kelamin.

Gambar 2 Distribusi responden menurut jenis kelamin di ruang rawat inap RSJ Madani Palu, Maret 2010

3) Distribusi responden menurut status perkawinan.

Gambar 3 Distribusi responden menurut status perkawinan di ruang rawat inap RSJ Madani Palu, Maret 2010

1.2 Data khusus

Pada bagian ini akan disajikan distribusi responden berdasarkan penilaian responden terhadap dukungan atasan kepada perawat dalam pengembangan SDM melalui jenjang pendidikan S1 Keperawatan dan motivasi perawat untuk melanjutkan pendidikan melalui jenjang pendidikan S1 Keperawatan di ruang rawat inap RSJ Madani Palu.

1) Distribusi responden berdasarkan penilaian responden terhadap dukungan atasan

Gambar 4. Distribusi responden menurut penilaian responden terhadap dukungan atasan di ruang rawat inap RSJ Madani Palu, Maret 2010

2) Motivasi perawat untuk melanjutkan pendidikan melalui jenjang pendidikan S1 Keperawatan

Gambar 5 Distribusi responden menurut motivasi untuk melanjutkan pendidikan melalui jenjang pendidikan S1 Keperawatan di ruang rawat inap RSJ Madani Palu, Maret 2010

Tabel 1 Hubungan umur dan motivasi perawat untuk melanjutkan pendidikan melalui jenjang pendidikan S1 Keperawatan di ruang rawat inap RSJ Madani Palu, Maret 2010

Motivasi

Umur

Total


21 - 30 Tahun

31 - 40 Tahun

41 - 50 Tahun


Rendah

4

6,90%

7

12,10%

11

19,00%


Sedang

4

6,90%

3

5,20%

1

1,70%

8

13,80%


Tinggi

22

37,90%

17

29,30%

39

67,20%


Total

26

44,80%

24

41,40%

8

13,80%

58

100%


Koefisien korelasi = -0,715 ρ = 0,000



Hasil uji regresi linier menunjukkan bahwa nilai ρ = 0,000, artinya terdapat hubungan yang bermakna antara umur dan motivasi perawat untuk melanjutkan pendidikan melalui jenjang pendidikan S1 Keperawatan.

Tabel 2. Hubungan jenis kelamin dan motivasi perawat untuk melanjutkan pendidikan melalui jenjang pendidikan S1 Keperawatan di ruang rawat inap RSJ Madani Palu, Maret 2010

Motivasi

Jenis kelamin

Total


Laki-laki

Perempuan


Rendah

3

5,20%

8

13,80%

11

19,00%


Sedang

1

1,70%

7

12,10%

8

13,80%


Tinggi

23

39,70%

16

27,60%

39

67,20%


Total

27

46,60%

31

53,50%

58

100%


Koefisien korelasi = - 0,483 ρ = 0,021



Dari hasil uji regresi linier menunjukkan bahwa nilai ρ = 0,021, artinya terdapat hubungan antara jenis kelamin dan motivasi perawat untuk melanjutkan pendidikan melalui jenjang pendidikan S1 Keperawatan.

Tabel 3 Hubungan status perkawinan dan motivasi perawat untuk melanjutkan pendidikan melalui jenjang pendidikan S1 Keperawatan di ruang rawat inap RSJ Madani Palu, Maret 2010

Motivasi

Status Perkawinan

Total


Sudah menikah

Belum menikah


Rendah

11

19,00%

11

19,00%


Sedang

8

13,80%

8

13,80%


Tinggi

27

46,50%

12

20,70%

39

67,20%


Total

46

79,30%

12

20,70%

58

100%


Koefisien korelasi = 0,652 ρ = 0,011












Dari hasil uji regresi linier menunjukkan bahwa nilai ρ = 0,011, artinya terdapat hubungan antara status perkawinan dan motivasi perawat untuk melanjutkan pendidikan melalui jenjang pendidikan S1 Keperawatan.

Tabel 4 Hubungan penilaian responden terhadap dukungan atasan dan motivasi perawat untuk melanjutkan pendidikan melalui jenjang pendidikan S1 Keperawatan di ruang rawat inap RSJ Madani Palu, Maret 2010

Motivasi

Dukungan atasan menurut penilaian responden

Total

Tidak

Kurang

Mendukung

Sangat

mendukung

mendukung

mendukung

Rendah

1

1,70%

9

15,50%

1

1,70%

11

19,00%

Sedang

7

12,10%

1

1,70%

8

13,80%

Tinggi

4

6,90%

25

43,10%

9

15,50%

1

1,70%

39

67,20%

Total

5

8,60%

41

70,70%

11

18,90%

1

1,70%

58

100%

Koefisien korelasi = 0,166 ρ = 0,372

Dari hasil uji regresi linier menunjukkan bahwa nilai ρ = 0,372 artinya tidak ada hubungan antara dukungan atasan dan motivasi perawat untuk melanjutkan pendidikan melalui jenjang pendidikan S1 Keperawatan.

2. Pembahasan

Pada bagian ini akan dibahas apakah umur, jenis kelamin, status perkawinan dan dukungan atasan mempuyai hubungan dan bagaimana tingkat hubungannya terhadap motivasi perawat untuk melanjutkan pendidikan melalui jenjang pendidikan S1 Keperawatan, sesuai dengan tujuan penelitian. Untuk mengidentifikasi hubungan faktor-faktor tersebut peneliti menggunakan uji statistik regresi linier dengan tingkat kemaknaan ρ ≤ 0,05.

2.1 Hubungan umur dan motivasi perawat untuk melanjutkan pendidikan melalui jenjang pendidikan S1 Keperawatan.

Ada hubungan yang bermakna antara usia dan motivasi perawat untuk melanjutkan pendidikan melalui jenjang pendidikan S1 Keperawatan. Dari hasil uji regresi linier didapatkan nilai koefisien = - 0,715 dan ρ = 0,000, artinya perubahan salah satu variabel akan diikuti perubahan variabel yang lain dengan arah yang berlawanan (Wahidin Sulaiman, 2002). Sesuai dengan teori bahwa faktor usia sangat mempengaruhi motivasi seseorang, motivasi orang yang sudah berusia lanjut dalam pengalaman belajar mungkin lebih sulit dari orang yang masih muda (Sastrohadiwiryo, 2002). Dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan dengan bertambahnya usia, khususnya pada beberapa kemampuan yang lain seperti kosakata dan pengetahuan umum. Beberapa teori berpendapat ternyata IQ seseorang akan menurun cukup cepat sejalan dengan bertambahnya usia (Malcolm H. & Steve H, 1995). Pada usia dewasa muda (20-30 tahun) merupakan periode pertumbuhan fungsi tubuh dalam tingkat yang optimal, dibarengi tingkat kamatangan emosional, intelektual dan sosial, sedangkan usia dewasa pertengahan (41-50 tahun) secara umum merupakan puncak kejayaan sosial, kesejahteraan, sukses ekonomi dan stabilitas (Holmes T. et al; Barbar C Long, 1989). Dari uraian tersebut diatas maka faktor usia berhubungan dengan motivasi untuk melanjutkan pendidikan melalui jenjang pendidikan S1 Keperawatan, dimana tingkat signifikan menunjukkan nilai ρ = 0,000, hal ini menunjukkan tingkat signifikan yang tinggi dan faktor usia dapat dikatakan sebagai faktor yang paling dominan yang berhubungan dengan motivasi dibandingkan faktor yang lain. Seseorang yang masih muda memiliki motivasi yang kuat untuk terus belajar dan mengembangkan diri karena ditunjang pertumbuhan fungsi tubuh optimal serta kematangan emosional, intelektual dan sosial. Sebaliknya bagi orang yang sudah tua cenderung memiliki motivasi yang rendah untuk belajar dan mengembangkan diri lagi. Selain itu secara umum pada usia ini merupakan puncak kejayaan sosial, kesejahteraan, sukses ekonomi dan stabilitas, oleh karena itu usia ini cenderung tidak berambisi lagi dalam hal pengembangan diri.

2.2 Hubungan jenis kelamin dan motivasi perawat untuk melanjutkan pendidikan melalui jenjang pendidikan S1 Keperawatan.

Ada hubungan antara jenis kelamin dengan motivasi perawat untuk melanjutkan pendidikan melalui jenjang pendidikan S1 Keperawatan. Dari hasil uji regresi linier didapatkan nilai koefisien = - 0,483 dan ρ = 0,021. Perbedaan jenis kelamin juga berhubungan terhadap motivasi seseorang dalam mengikuti pendidikan dan pelatihan. Dalam pelaksanaan pendidikan dan pengembangan diperlukan kemampuan fisik dan psikologis, kemampuan fisik dan psikologis laki-laki dan perempuan berbeda (Kartono Kartini, 1992).

Dari data yang diperoleh responden laki-laki cenderung mempunyai motivasi yang tinggi untuk melanjutkan pendidikan melalui jenjang pendidikan S1 Keperawatan, sebaliknya bagi responden perempuan mempunyai motivasi cenderung sedang dan rendah, dari segi fisik laki-laki mempunyai ketahanan yang lebih dibandingkan wanita, selain itu dari segi psikologis didalam suatu keluarga laki-laki sebagai kepala keluarga berperan utama mencari nafkah, oleh karena itu promosi atau kenaikan jabatan dapat menjadi pendorong untuk meningkatkan jenjang pendidikan. Sedangkan perempuan peran utamanya adalah memanajemen rumah tangga suatu keluarga, bekerja hanya merupakan fungsi untuk membantu meringankan beban keluarga.

2.3 Hubungan status perkawinan dan motivasi perawat untuk melanjutkan pendidikan melalui jenjang pendidikan S1 Keperawatan.

Ada hubungan antara status perkawinan dengan motivasi perawat untuk melanjutkan pendidikan melalui jenjang pendidikan S1 Keperawatan. Dari hasil uji regresi linier didapatkan nilai koefisien = 0,652 dan ρ = 0,011.

Menurut hasil analisa data yang peneliti dapatkan dari responden yang berstatus belum menikah, secara keseluruhan mempunyai motivasi yang tinggi untuk mengembangkan diri melalui jenjang pendidikan S1 Keperawatan. Sedangkan responden yang berstatus sudah menikah selain mempunyai motivasi yang tinggi juga cenderung terdapat motivasi sedang dan rendah, selain itu juga koefisien korelasi menunjukkan nilai positif.

Dalam hal ini berhubungan dengan anjuran dan nasehat serta tanggung jawab terhadap keluarga, pihak keluarga setidaknya akan memberikan motivasi melalui anjuran dan nasehat untuk pemngembangan diri melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi (Roestiyah, 1986). Dari uraian di atas status perkawinan juga berhubungan dengan motivasi seseorang untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan. Dari segi tanggung jawab terhadap keluarga, seseorang yang sudah berkeluarga tentu saja akan berfikir dua kali apabila harus meninggalkan keluarganya walaupun untuk keperluan pengembangan dirinya. Sebaliknya orang yang masih belum berkeluarga kemungkinan sangat berminat dan mempunyai motivasi tanpa memikirkan hal lain yang berhubungan dengan keluarganya.

2.4 Hubungan dukungan atasan dan motivasi perawat untuk melanjutkan pendidikan melalui jenjang pendidikan S1 Keperawatan.

Pada penelitian ini tidak terdapat hubungan antara dukungan atasan dengan motivasi perawat untuk melanjutkan pendidikan melalui jenjang pendidikan S1 Keperawatan. Dari hasil uji regresi linier didapatkan nilai ρ = 0,372 Kebijakan umum mengenai tenaga kerja pada umumnya menyarankan agar pihak manajemen memberikan kesempatan masing-masing tenaga kerja untuk melanjutkan pendidikan dan pengembangan pribadi sambil bekerja. Meskipun tanpa kebijakan, kenyataannya setiap tenaga kerja memerlukan pendidikan dan pelatihan untuk melaksanakan tugas dan pekerjaannya. Oleh karena itu, seluruh tingkatan manajemen sebenarnya memiliki tanggung jawab terhadap pendidikan dan pelatihan karyawan. (Sastrohadiwiryo, 2002). Dalam rangka peningkatan SDM, pihak manajemen Rumah Sakit Jiwa Madani, khususnya bidang Diklit merencanakan pelatihan, magang serta peningkatan SDM lainnya, peningkatan pendidikan pegawai dari D3 ke S1 dengan prioritas S1 Keperawatan, dana untuk peningkatan SDM diambil sebesar 5% dari anggaran (Hasil Raker RSJ Madani Palu, 2007).Dari hasil analisa data sebagian besar responden menilai bahwa atasan kurang mendukung terhadap pengembangan SDM tenaga keperawatan, khususnya dari segi finansial, meskipun demikian motivasi untuk melanjutkan pendidikan melalui jenjang S1 Keperawatan sebagian besar responden tergolong tinggi. Keterbatasan dukungan dana yang tersedia untuk pengembangan SDM tenaga keperawatan mengakibatkan tidak semua perawat mempunyai kesempatan untuk mengikuti pendidikan kejenjang yang lebih tinggi, pengembangan SDM tenaga keperawatan dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan kemampuan finansial institusi rumah sakit. Kenyataan inilah yang mengakibatkan pertumbuhan percepatan tenaga keperawatan dengan kualifikasi setingkat sarjana tergolong lambat, karena biar bagaimanapun tingginya motivasi perawat, apabila tidak diimbangi dengan dukungan yang memadai maka proses percepatan profesionalisme keperawatan yang kita cita-citakan akan berjalan lambat.

D. Kesimpulan

1. Motivasi sebagian besar perawat di ruang ruang rawat inap RSJ Madani Palu tergolong tinggi untuk melanjutkan pendidikan melalui jenjang pendidikan S1 Keperawatan.

2. Semakin muda usia, semakin tinggi motivasi, begitu juga sebaliknya, semakin tua usia, semakin rendah motivasi.

3. Menunjukkan responden yang berjenis kelamin laki-laki motivasinya cenderung tinggi, sedangkan motivasi responden perempuan cenderung rendah.

4. Motivasi responden yang sudah menikah cenderung rendah, sebaliknya motivasi responden yang belum menikah cenderung tinggi.

5. Faktor dominan yang berhubungan dengan motivasi untuk melanjutkan pendidikan melalui jenjang pendidikan S1 Keperawatan adalah faktor usia menunjukkan adanya derajat asosiasi yang tinggi.

E. Saran

1. Perawat hendaknya selalu berupaya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, baik melalui jalur pendidikan formal maupun pendidikan non formal, guna mencapai keunggulan dalam berbagai asfek dalam memecahkan berbagai masalah kesehatan masyarakat khususnya dibidang keperawatan dan agar dapat memberikan pelayanan keperawatan yang benar-benar profesional dan bermutu tinggi..

2. Dalam rangka percepatan pengembangan SDM keperawatan diperlukan dukungan dan kerjasama malalui program terencana antara institusi yang terkait, seperti institusi pendidikan, rumah sakit, dinas kesehatan dan pemerintah daerah.

DAFTAR PUSTAKA

Abas (2002). Paradigma Baru Dalam Era Kompetisi Antar Bangsa. Majalah Bina Diknakes. Edisi 34 Januari. Hal : 37.

Aditama, T (2000). Manajemen Administrasi Rumah Sakit. UI Press. Jakarta.

Agnes SM. (2000). Konsep Pendidikan Keperawatan. Makalah tidak dipublikasikan.Jakarta.

Arikunto (1998). Prosedur Penelitian. Edisi Revisi III. Rineka CiptaYogyakarta.

Azis (2002). Pengantar Pendidikan Perawatan. Penerbit CV. Sagung Seto. Jakarta.

Bambang T, Madyo E. (1990). Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Dahara Prize. Semarang.

Dinkes Kalsel (2002). Profil Kesehatan Kalimantan Selatan. Dinkes. Banjarmasin.

Gunarsa D.(1986). Psikologi Perawat. PT. BPK Gunung Agung. Jakarta.

Hasibuan SP. (2001). Manajemen Sumber Daya Manusia. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Nifen, N.(2002). Psikologi Kesehatan. EGC.Jakarta.

Notoatmodjo. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta

Notoatmodjo. (1993). Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Cetakan I. Andi Offset. Yokyakarta.

Nursalam & Siti Pariani. (2000). Metodologi Riset Keperawatan. CV Sagung Seto. Jakarta.

Nursalam. (2001). Proses dan Dokumentasi Keperawatan : Konsep dan Praktek. Salemba Medika. Jakarta

Nursalam. (2002). Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktek Keperawatan Profesional. Salemba Medika. Jakarta

Pratiknya. (2000). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. PT. Raja Gravindo Persada. Jakarta.

Purwanto H.(1999). Pengantar Prilaku Manusia untuk Keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta.

Purwanto Ngalim (2002). Psikologi Pendidikan. Penerbit PT. Remaja Rosda Karya. Bandung.

Sastrohadiwiryo (2002). Manajemen Tenaga Kerja. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta.

Sastroasmoro, S. & Ismail, S. (1995). Dasar–dasar Metodologi Penelitian Klinis. Binarupa Aksara Jakarta.

Siagian (1989). Teori Motivasi dan Aplikasinya. Bina Aksara. Jakarta.

Singgih S (2001). Buku Latihan SPSS Statistik Non Parametrik. Penerbit PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.

Slameto (1995). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

Sudirman AM. (1994). Psikologi Pendidikan : Suatu Penyajian Secara Operasional. Relapress. Yogyakarta.

Sugiyono (1994). Metode Penelitian Administrasi. CV Alfabeta. Bandung

Sugiyono, Eri Wibowo (2001). Statistika Penelitian. Penerbit Alfabeta. Bandung.

Sulaiman W. (2002). Jalan Pintas Menguasai SPSS. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Sumantri (2002). Tantangan Pengembangan Tenaga Kesehatan Masa Depan. Majalah Bina Diknakes. Edisi 42 Januari. Hal : 18.

Sugiharto (2001). Kebijakan Pengembangan Tenaga Kesehatan Tahun 2000-2010. Majalah Bina Diknakes. Edisi 46 Juli. Hal : 21.

Tjiptono, F. (2000). Manajemen dan Pemasaran. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Wahjoesumijo (1995). Kepemimpinan dan Motivasi. Glalia. Jakarta.

Winkle WS. (1991). Psikologi Pengajaran. Grasindo. Jakarta.

Yatiningsih (2002). Menempuh Pendidikan. Majalah Bina Diknakes. Edisi 33 Oktober 1999. Hal : 25.