PENDAHULUAN
Malaria merupakan salah satu penyakit infeksi parasit yang ditularkan nyamuk betina dari Tribus anopeles (An) dan mengakibatkan kematian lebih dari sejuta manusia setiap tahunnya. Malaria disebabkan oleh Protozoa Obligat Intraseluler dari Genus Plasmodium malariae, Plasmodium vivax, Plasmodium Falciparum dan Plasmodium Ovale (Harijanto P.N,2000).
Penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di berbagai negara di dunia, seperti di kawasan Afrika, Asia, dan Amerika Latin. Berdasarkan The World Malaria Report 2005, sebanyak lebih dari satu juta orang termasuk anak-anak setiap tahun meninggal akibat malaria dimana 80% kematian terjadi di Afrika, dan 15% terjadi di Asia (termasuk Eropa Timur). Secara keseluruhan terdapat 3,2 milyar penderita di dunia yang terdapat di 107 negara. Malaria di dunia paling banyak terdapat di Afrika dimana banyak anak-anak meninggal karena malaria.(Rita kusriastuti, 2008).
Di Indonesia, Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang mempengaruhi angka kematian bayi, anak umur dibawah lima tahun dan ibu melahirkan serta menurunkan produktifitas tenaga kerja. Angka kesakitan penyakit malaria relatif masih cukup tinggi terutama di kawasan timur Indonesia. Kejadian Luar Biasa (KLB) masih sering terjadi terutama di daerah yang mengalami perubahan lingkungan dan perpindahan penduduk (Depkes R.I.,1999).
Di Propinsi Sulawesi Tengah sampai saat ini penyakit Malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Penyakit ini tersebar di seluruh daerah Sulawesi Tengah dengan tingkat endemisitas yang berbeda-beda, dengan Annual Malaria Insiden (AMI) tiga tahun terakhir 2005 – 2007 yaitu 34.41 per 1000, 31,44 per 1000 dan 30,48 per 1000 (Dinkes Sulawesi Tengah, 2007).
Kota Palu sebagai salah satu kota/kabupaten dari 10 (sepuluh) kabupaten yang berada di wilayah Propinsi Sulawesi Tengah, sebagian besar penduduknya berada di perkotaan. Tingginya endemisitas malaria di Kota Palu dapat dilihat pada AMI selama 3 tahun terakhir (2005- 2007) adalah 4,14 per 1000, 3,45 per 1000, 3,52 per 1000, (Dinkes Kota Palu 2007).
Puskesmas Singgani merupakan salah satu Puskesmas yang berada di wilayah Dinas Kesehatan Kota Palu, yang membawahi 5 (lima) kelurahan yaitu Kelurahan Besusu Barat, Besusu Tengah, Besusu Timur, Lasoani dan Poboya merupakan wilayah yang mempunyai masalah Malaria yang agak besar. Dengan AMI selama 3 (tiga) tahun terakhir yaitu (2005 – 2007) adalah 4,4 per 1000, 2,5 per 1000, 2,1 per 1000 dengan jumlah kasus sebanyak 28 kasus.
Berdasarkan uraian diatas yang merupakan faktor pendukung peneliti untuk melaksanakan penelitian mengenai hubungan kebiasaan masyarakat dengan kejadian malaria di Kelurahan Poboya kecamatan Palu Timur Kota Palu.
Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti
Menurut Hendrik L. Blum, (1974)., ada empat faktor utama yang mempengaruhi derajat kesehatan yaitu faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan. Dari empat faktor tersebut, faktor perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah lingkungan yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat.
Kejadian Malaria pada setiap orang berbeda dan hampir seluruhnya terjadi akibat adanya kontak manusia dengan nyamuk. Tindakan perilaku perorangan dalam pencegahan terhadap gigitan nyamuk merupakan salah satu upaya yang sangat dianjurkan dan mempunyai dampak positif yang sangat besar dalam memutuskan rantai penularan, penularan malaria sangat bergantung pada tiga faktor utama yaitu host (manusia dan nyamuk), Agent (parasit) dan Environment (lingkungan).
Faktor kebiasaan masyarakat mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap kejadian Malaria. Kebiasaan manusia berada di luar rumah pada malam hari dimana adanya perilaku nyamuk yang bersifat antrofofilik (lebih suka mengigit manusia), eksofilik (nyamuk lebih suka hinggap atau istirahat di luar rumah) dan eksofagik ( lebih suka mengigit di luar rumah ). Adanya kebiasaan manusia tidur pada malam hari tidak memakai kelambu dan tidak memakai obat anti nyamuk, juga merupakan faktor perilaku yang dapat menyebabkan terjadinya malaria. Ketiga faktor perilaku manusia tersebut merupakan variabel Independen (bebas) yang akan diteliti dalam penelitian ini dengan variabel dependen (terikat) yaitu kejadian malaria.
Bagan Pola Pikir Variabel Yang Diteliti
Variabel Independen Variabel Dependen
Defenisi Operasional
untuk mempermudah roses penelitian ini penulis membatasi umur responden dari 15 sampai dengan 60 tahun.
1. Kebiasaan Berada Diluar Rumah Pada Malam Hari
kebiasaan responden melakukan kegiatan di luar rumah pada malam hari.
Cara ukur : pengamatan dan wawancara.
Alat ukur : kuisioner.
Skala ukur : Ordinal
Hasil ukur : 0. Biasa : jika skor jawaban responden ≥ median
1. Tidak biasa : jika skor jawaban responden < median
2. Kebiasaan Tidak Memakai Kelambu Di saat Tidur Malam Hari
kebiasaan responden tidak memakai kelambu disaat tidur malam hari sehingga memudahkan kontak dengan nyamuk anopheles.
Cara ukur : pengamatan dan wawancara.
Alat ukur : kuisioner
Skala ukur : Ordinal
Hasil ukur : 0. Tidak memakai: jika skor jawaban responden < median
1. Memakai: jika skor jawaban responden ≥ median
3. Kebiasaan Tidak Memakai Obat Anti Nyamuk Disaat Tidur Malam Hari
kebiasaan responden tidak memakai obat anti nyamuk disaat tidur malam hari sehingga memudahkan terjadinya kontak dengan nyamuk Anopheles.
Cara ukur : pengamatan dan wawancara
Alat ukur : kuisioner
Skala ukur : Ordinal
Hasil ukur : 0. Tidak memakai: jika skor jawaban responden < median
1. Memakai : jika skor jawaban responden ≥ median
4. Kejadian Malaria
Ditemukannya penderita malaria baik hasil pemeriksaan laboratorium maupun berdasarkan gejala klinis yaitu demam, menggigil, berkeringat, sakit kepala dan mual atau muntah.
Cara ukur : pengamatan dan wawancara
Alat ukur : kuisioner
Skala ukur : Ordinal
Hasil ukur : 0. Sakit: jika skor jawaban responden ≥ median
1. Tidak sakit : jika skor jawaban responden < median
Hipotesis Penelitian
a. Ada hubungan kebiasaan berada di luar rumah pada malam hari dengan kejadian Malaria.
b. Ada hubungan kebiasaan tidak memakai kelambu di saat tidur malam hari dengan kejadian Malaria.
c. Ada hubungan kebiasaan tidak memakai obat anti nyamuk di saat tidur malam hari dengan kejadian Malaria.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan menggunakan pendekatan Cross secsional study. Yaitu penelitian yang pelaksanaannya baik variabel Independen maupun Dependen dilakukan pada saat yang bersamaan.
Lokasi penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di Kelurahan Poboya Kecamatan Palu Timur Kota Palu.
Populasi Dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat berjumlah 1327 jiwa yang berada di wilayah Kelurahan Poboya Kecamatan Palu Timur Kota Palu.
2. Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah masyarakat yang berada di Kelurahan Poboya Kecamatan Palu Timur Kota Palu yang terpilih sebagai sampel. Penarikan sampel dengan cara Simple random sampling. Adapun penentuan besar sampel adalah sebagai berikut (Notoatmodjo S., 2003).
n =
dimana :
n : Besar sampel.
N : Jumlah Populasi.
D : Derajat ketelitian.
Sehingga diperoleh :
n =
n = 99 sample.
Analisa Data.
1. Analisis Univariat.
Analisis univariat digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari masing-masing variabel yang diteliti, baik variabel Independent maupun variabel dependen.
2. Analisis Bivariat.
Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel Independen terhadap variabel Dependen melalui uji ‘Chi-square’ dengan nilai kemaknaan α 0,05, tingkat kepercayaan 95 %. Jika nilai Phit > 0,05 berarti hasil perhitungan statistik tidak terdapat hubungan yang bermakna (signifikan) dan bila Phit ≤ 0,05 berarti hasil perhitungan statistik terdapat hubungan yang bermakna.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karateristik Responden.
Sebagian besar responden beragama Islam yang terdiri dari berbagai suku bangsa diantaranya Kaili dan bugis. Sebagian besar responden bekerja sebagai Wiraswasta adapun distribusi responden berdasarkan jenis kelamin dan umur sebagai berikut.
1. Jenis Kelamin
Tabel 5. 1
Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin
Di Kelurahan Poboya Kecamatan Palu Timur
Kota Palu Tahun 2010
Jenis Kelamin | f |
% |
Laki-LakiPerempuan | 61 38 | 61,6 38,4 |
Jumlah | 99 | 100 |
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa dari 99 responden berjenis kelamin laki-laki lebih banyak yaitu 61 responden (61,6%), sedangkan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 38 responden (38,4%).
2. Kelompok Umur
Tabel 5.2
Distribusi Kelompok Umur Responden di Kelurahan
Poboya Kec. Palu Timur Kota PaluTahun 2010
Kelompok Umur (Tahun) | f | % |
15 – 19 20 – 29 30 – 39 40 – 49 50 - 59 ≥ 60 | 7 11 33 36 10 2 | 7 11 33 37 10 2 |
Jumlah | 99 | 100 |
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa dari 99 responden yang terbanyak yaitu golongan umur 40 – 49 tahun sebanyak 36 responden (37%) sedangkan responden yang terendah berada pada golongan umur > 60 tahun yaitu 2 responden (2%)
Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilaksanakan di lapangan mulai dari tanggal 15 Septemberi 2010 sampai dengan tanggal 18 Septemberi 2010 di Kelurahan Poboya Kecamatan Palu Timur dengan besar sampel 99 orang, yaitu masyarakat yang ada di Kelurahan Poboya Kecamatan Palu Timur, analisis yang digunakan adalah univariat dan bivariat dengan uji Chi Square, hasil penelitian dapat disajikan sebagai berikut :
Analisis Univariat Variabel Penelitian
a. Status Malaria
Tabel 5.3
Distribusi Responden Berdasarkan Status Malaria Di Kelurahan Poboya Kecamatan Palu Timur Kota Palu Tahun 2010
Status Malaria | f | % |
Malaria Tidak Malaria | 60 39 | 60,6 39,4 |
Jumlah | 99 | 100 |
Sumber : data primer
Tabel di atas, menunjukkan bahwa dari 99 responden yang menderita penyakit Malaria lebih banyak yaitu 60 responden (60.6%), sedangkan 39 responden (39,4%) tidak menderita penyakit Malaria.
b. Kebiasaan Berada di Luar Rumah
Tabel 5.4
Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasaan Berada Di Luar Rumah Di Kelurahan Poboya Kecamatan Palu Timur
Kota Palu Tahun 2010
Status Kebiasaan Berada di Luar Rumah | f | % |
Tidak Biasa Biasa | 48 51 | 48,5 51,5 |
Jumlah | 99 | 100 |
Sumber : Data Primer
Tabel di atas, menunjukkan bahwa dari 99 responden sebanyak 48 responden (48,5%) tidak biasa berada di luar rumah pada malam hari sedangkan 51 responden (51,5%) biasa berada di luar rumah pada malam hari.
c. Kebiasaan Tidak Memakai Kelambu
Tabel 5.5
Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasaan Tidak Memakai
Kelambu Saat Tidur Di Kelurahan Poboya
Kecamatan Palu Timur Kota Palu
Tahun 2010
Status Pemakaian Kelambu | f | % |
Memakai Tidak Memakai | 35 64 | 35,4 64,6 |
Jumlah | 99 | 100 |
Sumber : Data primer
Tabel di atas, mununjukkan bahwa dari 99 responden sebanyak 35 responden (35,4%) memakai kelambu saat tidur, sedangkan 64 responden (64,6%) tidak memakai kelambu saat tidur.
B. Kebiasaan Tidak Memakai Obat Anti Nyamuk
Tabel 5.6
Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasaan Tidak Memakai
Anti Nyamuk Di Kelurahan Poboya Kec. Palu Timur Kota Palu
Tahun 2010
Status Pemakaian Anti Nyamuk | f | % |
Memakai Tidak Memakai | 38 61 | 38,4 61,6 |
Jumlah | 99 | 100 |
Sumber : Data Primer
Tabel di atas, menunjukkan bahwa dari 99 responden yang memakai obat anti nyamuk sebanyak 38 responden (38,4%), sedangkan tidak memakai obat anti nyamuk lebih banyak yaitu 61 responden (61,6%).
Analisis Bivariat
a. Hubungan Kebiasaan Berada di Luar Rumah Dengan Kejadian Malaria
Untuk mengetahui hubungan kebiasaan berada di luar rumah dengan kejadian malaria dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.7
Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasaan Berada Di Luar Rumah dan Kejadian Penyakit Malaria Di Kelurahan
Poboya Kecamatan Palu Timur Kota Palu
Tahun 2010
Status Kebiasaan Brada di Luar Rumah | Kejadian Malaria | Total | P Value | OR 95 % CI | ||||
Sakit | Tidak sakit | |||||||
f | % | f | % |
51 48 | 0,000
| 8 (3,077 - 19,658) | ||
Biasa | 42 | 82,4 | 9 | 17,6 | ||||
Tidak Biasa | 18 | 37,5 | 30 | 62,5 | ||||
Jumlah | 60 | 60,6 | 39 | 39,4 | 99 |
Sumber : Data Primer
Pada tabel 5.7 menunjukkan bahwa responden yang biasa berada di luar rumah pada malam hari lebih besar kemungkinan menderita penyakit Malaria dengan proporsi 82,4% dibanding yang tidak biasa berada di luar rumah
Uraian di atas menunjukkan bahwa responden yang biasa berada di luar rumah pada malam hari cenderung tertular penyakit Malaria sedangkan responden yang tidak biasa berada di luar rumah cenderung tidak tertular penyakit Malaria
Berdasarkan hasil uji Chi square nilai P = 0,000 (P Value < 0,5) berarti secara statistik ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan berada di luar rumah pada malam hari dengan penularan penyakit Malaria, dengan nilai Odds Ratio (OR) = 7,778 yang mengindikasikan bahwa responden yang sering berada di luar rumah pada malam hari berpeluang 8 kali untuk tertular Penyakit Malaria dibanding dengan responden yang tidak biasa berada di luar rumah pada malam hari.
b. Hubungan Kebiasaan Tidak Memakai Kelambu Dengan Kejadian Malaria
Untuk mengetahui hubungan kebiasaan tidak memakai kelambu dengan kejadian malaria dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.8
Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasaan Tidak Memakai
Kelambu Dan Kejadian Malaria di Kelurahan Poboya
Kecamatan Palu Timur Kota Palu Tahun 2010
Status Kebiasaan Tidak Memakai Kelambu | Kejadian Malaria | Total | P Value | OR 95 % CI | ||||
Sakit | Tidak Sakit | |||||||
N | % | N | % |
64 35 |
0,002
| 4 (1,608 - 9,163) | ||
Tidak Memakai | 46 | 71,9 | 18 | 28,1 | ||||
Memakai | 14 | 40 | 21 | 60 | ||||
Jumlah | 60 | 60,6 | 39 | 39,4 | 99 |
Sumber : Data primer
Pada tabel 5.8 menunjukkan bahwa responden yang tidak memakai kelambu lebih besar kemungkinan menderita Penyakit Malaria dengan proporsi (71,9%), dibanding yang memakai kelambu
Uraian di atas menunjukkan bahwa responden yang tidak memakai kelambu cenderung menderita penyakit Malaria sedangkan responden yang memakai kelambu cenderung tidak menderita penyakit Malaria .
Berdasarkan hasil uji Chi-Square nilai P = 0,002 (P Value < 0,5) berarti secara statistik ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan tidak memakai kelambu dengan kejadian penyakit Malaria, dengan nilai Odds Ratio (OR) = 3,833 yang mengindikasikan bahwa responden yang tidak memakai kelambu mempunyai peluang 4 kali untuk tertular penyakit Malaria dibanding dengan responden yang memakai kelambu.
c. Hubungan Kebiasaan Tidak Memakai obat Anti Nyamuk Dengan Kejadian Malaria
Untuk mengetahui hubungan tidak memakai obat anti nyamuk dengan kejadian malaria dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.9
Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasaan Tidak Memakai
Obat Anti Nyamuk Di Kelurahan Poboya Kec. Palu Timur
Kota Palu Tahun 2010
Status Kebiasaan tidak memakai obat Anti Nyamuk | Kejadian Malaria | Total | P Value | O.R | ||||
Sakit | Tidak Sakiti | |||||||
N | % | N | % |
61 38 |
0,011
| 3 (1,269 - 6,860) | ||
Tidak Memakai | 43 | 70,5 | 18 | 29,5 | ||||
Memakai | 17 | 44,7 | 21 | 55,3 | ||||
Jumlah | 60 | 60,6 | 39 | 39,4 | 99 |
Sumber : Data Primer
Pada tabel 5.9 menunjukkan bahwa responden yang tidak memakai obat anti nyamuk lebih besar kemungkinan menderita penyakit Malaria dengan proporsi 70,5%, dibanding responden yang memakai obat anti nyamuk
Uraian di atas menunjukkan bahwa responden yang tidak memakai obat anti nyamuk cenderung menderita penyakit Malaria, sedangkan responden yang memakai obat anti nyamuk cenderung tidak menderita penyakit Malaria.
Berdasarkan hasil uji Chi-square nilai P = 0,011 (P Value < 0,5) berarti secara statistik ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan tidak memakai obat anti nyamuk terhadap kejadian penyakit Malaria, dengan nilai Odds Ratio (OR) = 2,951 yang mengidentifikasikan bahwa responden yang tidak memakai obat anti nyamuk mempunyai peluang 3 Kali untuk terular penyakit Malaria dibanding dengan responden yang memakai obat anti nyamuk.
Pembahasan
1. Hubungan Kebiasaan Berada di Luar Rumah Dengan Kejadian Malaria
Berdasarkan hasil analisa univariat menunjukkan bahwa responden yang biasa berada di luar rumah pada malam har lebih banyak, dibanding yang tidak biasa berada diluar rumah pada malam hari ( tabel.5.4) dan hasil analisis bivariat menunjukan bahwa, responden yang sering berada di luar rumah pada malam hari lebih besar kemungkinan tertular penyakit Malaria (tabel.5.7).
Menurut asumsi peneliti, hal ini disebabkan karena masyarakat yang sering berada di luar rumah pada malam hari ádalah mereka yang pernah menderita penyakit Malaria dan lingkungan tempat tinggal kebanyakan kurang memenuhi syarat kesehatan. Dan tingkat aktifitas responden pada malam hari cukup tinggi. Sedangkan responden yang tidak biasa berada di luar rumah pada malam hari lingkungan tempat tinggal mereka memenuhi syarat kesehatan dan kurang beraktifitas pada malam hari.
Dari hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara kebiasaan berada di luar rumah pada malam hari terhadap kejadian penyakit Malaria. Responden yang sering berada di luar rumah pada malam hari berpeluang 8 kali untuk tertular Penyakit Malaria dibanding dengan responden yang tidak biasa berada di luar rumah pada malam hari.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Boesri H., (1998), didusun Sebalang desa Tarahan-Lampung Selatan, dimana masyarakatnya mempunyai kebiasaan berbincang-bincang di luar rumah pada malam hari dan menonton televisi sampai larut malam di rumah tetangga sehingga sangat mudah terpapar oleh gigitan nyamuk Anopheles.
Berdasarkan uraian diatas dapat di ketahui bahwa, perilaku masyarakat berupa kebiasaan berada di luar rumah pada malam hari merupakan salah satu faktor pendukung terjadinya penyakit malaria.untuk itu diharapkan jika berada di luar rumah agar menggunakan anti nyamuk yang dioleskan atau disemprotkan di tubuh.
2. Hubungan Kebiasaan Tidak Memakai Kelambu Dengan Kejadian Malaria.
Berdasarkan hasil analisa univariat menunjukkan bahwa, responden yang tidak memakai kelambu lebih banyak di banding dengan responden yang memakai kelambu (tabel.5.5). Dan hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa responden yang tidak memakai kelambu lebih besar kemungkinan tertular penyakit Malaria (tabel.5.8).
Menurut asumsi peneliti, hal ini disebabkan karena masyarakat yang tidak memakai kelambu adalah mereka yang pernah menderita penyakit Malaria dan merasa tidak nyaman jika memakai kelambu. Sedangkan responden yang memakai kelambu kebanyakan dari mereka tidak menderita penyakit Malaria, Hal ini disebabkan karena lingkungan tempat tinggal mereka memenuhi syarat kesehatan dan mengetahui manfaat penggunaan kelambu.
Dari hasil uji statistik bahwa ada hubungan antara kebiasaan tidak memakai kelambu terhadap kejadian penyakit Malaria. Responden yang tidak memakai kelambu mempunyai peluang 4 kali untuk tertular penyakit Malaria dibanding dengan responden yang memakai kelambu.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Boesri H, (1998), di dusun Sebalang desa Tarahan-Lampung Selatan, dengan pemakaian kelambu berinsektisida permetrin mampu menekan penularan dan kasus malaria di daerah tersebut. Kelambu merupakan alat yang digunakan sejak dulu kala sesuai persyaratan Depkes R.I (1983), kelambu yang baik yaitu memiliki jumlah lubang yang antara 6–8 cm dengan diameter 1,2 – 1,5 mm. Dimasyarakat ada 2 (dua) kelambu yang sering di gunakan yaitu kelambu yang dicelup dengan insektisida dan kelambu yang menggunakan insektisida.
Untuk menghindari tertularnya penyakit Malaria diharapkan jika tidur siang atau malam hari agar menggunakan kelambu yang sesuai dengan standar Derpkes RI.
3. Hubungan Kebiasaan Kebiasaan Memakai Obat Anti Nyamuk Dengan Kejadian Malaria
Berdasarkan hasil analisa univariat menunjukkan bahwa responden yang tidak memakai obat anti nyamuk lebih banyak di banding responden yang tidak memakai obat anti nyamuk (tabel 5.6). Hasil analisis bivariat menunjukan bahwa responden yang tidak memakai obat anti nyamuk lebih besar kemungkinan menderita penyakit Malaria, (tabel,5.9)
Menurut asumsi peneliti, hal ini disebabkan karena responden yang tidak memakai obat anti nyamuk adalah mereka yang pernah menderita penyakit Malaria dan lingkungan tempat tinggal kebanyakan kurang memenuhi syarat kesehatan selain itu merasa tidak nyaman dengan aroma obat anti nyamuk. Sedangkan responden yang biasa memakai Obat anti nyamuk merasa nyaman jika menggunakan obat anti nyamuk dan menyadari tentang manfaat obat anti nyamuk.
Dari hasil uji statistik bahwa ada hubungan antara kebiasaan tidak memakai obat anti nyamuk terhadap kejadian penyakit Malaria. Responden yang tidak memakai obat anti nyamuk mempunyai peluang 3 Kali untuk terular penyakit Malaria dibanding dengan responden yang memakai obat anti nyamuk.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Damar T.B., (1996), yang mengatakan bahwa pemakaian obat anti nyamuk semprot dapat membunuh nyamuk, yang dibuktikan di laboratorium uji insektisida rumah tangga, station penelitian vektor penyakit di Salatiga, diaman di dapatkan bahwa rata-rata kematian nyamuk menggunakan peet grandy amber (ruangan terbuat dari kaca ukuran 180 X 180 X 180 cm disemprotkan dengan aerosol) adalah 100 %.
Pemakaian obat anti nyamuk merupakan usaha untuk mengurangi kejadian malaria. Jenis obat anti nyamuk yang banyak beredar di masyarakat adalah obat anti nyamuk bakar (fumigant), obat anti nyamuk semprot (aerosol), obat anti nyamuk listrik (elektrik) dan zat penolak nyamuk (repellent).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dalam penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan. sebagai berikut
1. Ada hubungan antara kebiasaan berada di luar rumah pada malam hari dengan kejadian penyakit Malaria, dengan nilai P = 0,000 (P Value < 0,5) dan responden yang memiliki kebiasaan berada di luar rumah pada malam hari mempunyai peluang 8 kali untuk tertular penyakit Malaria di banding dengan responden tidak biasa berada di luar rumah pada malam hari.
2. Ada hubungan antara kebiasaan memakai kelambu terhadap kejadian penyakit Malaria dengan nilai P = 0,002 (P Value < 0,5) dan responden tidak memakai kelambu mempunyai peluang 4 kali untuk tertular penyakit Malaria dibanding dengan responden yang memakai kelambu.
3. Ada hubungan antara kebiasaan memakai anti nyamuk terhadap kejadian penyakit Malaria dengan nilai P = 0,011 (P Value < 0,5) dan responden yang memiliki kebiasaan tidak memakai obat anti nyamuk mempunyai peluang 3 kali untuk tertular penyakit Malaria dibanding dengan responden yang memakai anti nyamuk.
Saran-saran
Untuk dapat menurunkan angka kesakitan penyakit Malaria, maka disarankan kepada :
1. Dinas kesehatan kota Palu, sebaiknya dalam menyusun materi penyuluhan Malaria, dapat memasukan materi tentang kebiasaan buruk masyarakat yang berpotensi menimbulkan kejadian penyakit Malaria, sehingga masyarakat mengetahui serta memahami tentang faktor kebiasaan masyarakat yang dapat menimbulkan kejadian penyakit malaria.
2. Puskesmas terutama petugas pengelola program Malaria sebaiknya memberikan penyuluhan langsung dalam bentuk pemutaran film dan menghibau masyarakat agar dapat berpartisipasi langsung terhadap upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit Malaria, seperti menggalakkan kebersihan lingkungan, serta mengurangi kebiasaan-kebiasaan yang berpotensi tertular penyakit malaria seperti memakai baju lengan panjang dan celana panjang jika keluar rumah dimalam hari, memakai obat anti nyamuk dan memakai kelambu disaat tidur (menggalakkan kelambunisasi).
ABSTRAK
HUBUNGAN KEBIASAAN MASYARAKAT DENGAN KEJADIAN MALARIA DI KELURAHAN POBOYA KEC. PALU TIMUR KOTA PALU.
( 14 + 62 Halaman + 9 tabel, 1 gambar, Lampiran)
Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang mempengaruhi angka kematian serta menurunkan produktifitas tenaga kerja. Angka kesakitan penyakit malaria relatif masih cukup tinggi terutama di kawasan timur Indonesia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan kebiasaan masyarakat dengan kejadian malaria di Kelurahan Poboya kecamatan Palu Timur Kota Palu.
Penelitian ini adalah penelitian Analitik dengan pendekatan cross sectional study. Sampel berumlah 99 sampel yaitu masyarakat yang berada di wilayah Kelurahan Poboya Kecamatan Palu Timur Kota Palu. Hasil penelitian dianalisis secara univariat dan bivariat dengan uji Chi-Square.
Berdasarkan hasil uji Chi-Square nilai P = 0,000 (P Value < 0,5) berarti secara statistik ada hubungan yang bermakna antara Kebiasaan berada di luar rumah pada malam hari, kebiasaan tidak memakai kelambu dan kebiasaan tidak memakai anti nyamuk dengan kejadian penyakit Malaria di kelurahan Poboya Kec. Palu Timur Kota Palu. Responden yang memiliki kebiasaan berada di luar rumah pada malam hari berpeluang 8 kali untuk tertular penyakit Malaria, responden yang tidak memakai kelambu mempunyai peluang 4 kali untuk tertular penyakit Malaria dibanding dengan responden yang memakai kelambu, dan responden yang tidak memakai obat anti nyamuk mempunyai peluang 3 Kali untuk terular penyakit Malaria dibanding dengan responden yang memakai obat anti nyamuk.
Disarankan Dinas kesehatan kota Palu, sebaiknya dalam menyusun materi penyuluhan Malaria, dapat memasukan materi tentang kebiasaan buruk masyarakat yang berpotensi menimbulkan kejadian penyakit Malaria. Petugas pengelola program Malaria Puskesmas sebaiknya memberikan penyuluhan langsung dalam bentuk pemutaran film dan menghibau masyarakat agar dapat berpartisipasi langsung terhadap upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit Malaria
Daftar Pustaka 16 (1999 – 2008)
Kata Kunci : Kebiasaan Masyarakat dan Kejadian Malaria
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi U.F, 2005, Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah, Kompas Jakarta.
Arsunan A, 2003, Analisis Perilaku Masyarakat terhadap kejadian Malaria di Kapoposang Kabupaten pangkajene kepulauan tahun 2003, Media Jurnal Kedokteran dan Farmasi, Jakarta.
Damar T.B, 1996 Uji Biofisika Beberapa Insektisida Rumah Tangga Cair Semprot (Aerosol)Terhadap Nyamuk Culex Quinquefasciatus, Cermin Dunia Kedokteran, Jakarta.
Depkes R.I, 1999, Modul Epidemiologi malaria 1, Direktorat Jenderal PPM dan PLP, Jakarta.
, 1999, Modul Gebrak Malaria, Direktorat Jenderal PPM dan PLP, Jakarta.
, 2002, Modul penemuan penderita dan pengobatan malaria, Direktorat Jenderal PPM dan PLP, Jakarta.
, 2003, modul epidemiologi malaria 3, Direktorat Jenderal PPM dan PLP, Jakarta.
, 2003, Pokok-pokok kegiatan Pemberantasan Penyakit Malaria, Direktorat Jenderal PPM dan PLP, Jakarta.
Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah, 2007, Laporan Kegiatan Pemberantasan penyakit Malaria Sub Dinas PPM, Propinsi.
Dinas Kesehatan Kota Palu, Laporan Pemberantasan Penyakit Malaria, Sub Dinas PPM, Palu.
Harijanto P.N, 2000, Malaria : Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanggulangannya, Jakarta.
Lamaka B, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Malaria Di Wilayah Puskesmas Momunu Kabupaten Buol Propinsi Sulawesi Tengah, (Skripsi) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, Makassar.
Notoatmodjo S, 2003, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.
Prabowo A, 2005, Malaria Mencegah Dan Mengatasinya, Puspa Swara, Jakarta.
Tubo S, dkk, 2008, Panduan Penulisan Dan penilaian Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarkat, Universitas Muhammadiyah, Palu
Htt;//www.ppk-depkes.org/kps-ikt/berita/9806/kesehatan2.htm.Rita kusriastuti (Diakses 22 juni 2010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar